Thursday, October 30, 2008

Majlis-majlis Haul Al-Imam Qutub Al-Irshad Al-Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad

Sahabat Sekalian,
Majlis-majlis Haul Al-Imam Qutub Al-Irshad Al-Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad akan di adakan pada Oktober dan November 2008 di sekitar Malaysia dan Brunai

Tarikh Hari Negeri/Bandar Tempat Masa Dhaif Khaas

1 28-Oct Selasa Kelantan Masjid Tanah Merah 17:30 Habib Saleh Jufri

2 28-Oct Selasa Pulau Pinang Masjid Negeri 18:30 Habib Najib Toha Assegaf

3 29-Oct Rabu Kelantan Surau Dato’ Husam 18:30 Habib Saleh Jufri

4 29-Oct Rabu Perlis Masjid BaAlawi 18:30 Habib Najib Toha Assegaf

5 30-Oct Khamis Terengganu Masjid To Ku 18:30 Habib Saleh Jufri

6 30-Oct Khamis Kedah Masjid Alor Setar 18:30 Habib Najib Toha Assegaf

7 31-Oct Jumaat USJ 9 Masjid Al-Falah 18:00 Semua

8 1-Nov Sabtu KualaLumpur Masjid Baitul Aman 17:30 Semua

9 2-Nov Ahad Kuala Lumpur Masjid Al-Bukhary 18:00 Semua

10 3-Nov Isnin Johor Masjid Wadi Hassan 19:00 Habib Najib Toha Assegaf

11 4-Nov Selasa Muar Maahad Ba alawi 19:00 Habib Najib Toha Assegaf

12 4-Nov Selasa Kuantan Dewan Jubli Perak 8:00 Habib Salim Asshatrie

13 5-Nov Rabu Kuantan Madrasah Darrasalam 18:30 Habib Salim Asshatrie

14 5-Nov Rabu Melaka Pondok Baitul Qura’ 18:30 Habib Najib Toha Assegaf

15 6-Nov Khamis Negeri Sembilan Yayasan SOFA 17:30 Semua

16 6-Nov Khamis Kuching Belum dipastikan 17:30 Habib Saleh Jufri

17 7-Nov Jumaat Miri Masjid Lutong 18:00 Habib Salim Asshatrie

18 7-Nov Jumaat Selangor Yayasan Al-Jenderami 18:30 Habib Najib Toha Assegaf

19 8-Nov Sabtu Brunei Belum dipastikan 19:00 Habib Salim Asshatrie

20 9-Nov Ahad Brunei Belum dipastikan 19:00 Habib Salim Asshatrie

21 10-Nov Isnin Brunei Belum dipastikan 19:00 Habib Salim Assh

Saturday, October 25, 2008

Perjuangan Buya HAMKA R.A


BUYA HAMKA adalah potret ulama kharismatik, politisi sejati dan pujangga terkemuka yang memilih berkiprah dalam perjuangan pembentukan karakter ummat dan bangsa.

Buya Hamka bukan sosok ulama istana, beliau adalah ulama pejuang yang berhasil menjadi peletak dasar kebangkitan komunitas islam modern atau kaum gedongan di Ibukota lewat icon al azhar yang pada akhirnya berhasil pula melebarkan sayap sebagai lembaga pendidikan modernis dan agamis.

Sebagai politisi buya hamka patut menjadi teladan, Pandangan dan keyakinannya senantiasa lurus - lurus saja memperjuangkan aspirasi ummat, beliau bersama tokoh-tokoh Masyumi lainnya adalah para pejuang Islam yang gigih dalam mengajukan konsep-konsep Islam, secara ilmiah dan argumentatif. Tetapi, juga konsisten dalam memegang teguh aturan main secara konstitusional. Ketika perjuangan melalui jalur parta politik terganjal, buya hamka dan para tokoh Masyumi memilih hijrah dengan menempuh jalur dakwah di masyarakat, masjid, pesantren, dan perguruan tinggi. Karena sesungguhnya dakwah adalah laksana air yang mengalir, tidak boleh berhenti, dan tidak boleh dibendung.

Sikap Istiqomah menjadi garda terdepan walau harus menghadapi tangan - tangan besi kekuasaan yang terbukti berhasil menjebloskannya ke penjara.

Penjara badaniah tak sekalipun kuasa memenjarakan kebesaran jiwa seorang hamka yang tetap merdeka, sejarah pula yang akhirnya mencatat bahwa dari dalam penjara lahir karya terbesar buya hamka yang membuatnya dikenal hingga ke mancanegara, Tafsir Al Azhar adalah satu - satunya Tafsir Al Qur’an yang ditulis oleh ulama melayu dengan gaya bahasa yang khas dan mudah dicerna.

Bukan Sekedar itu karya sastra buah penanya tak kalah hebatnya, beberapa novelnya seperti Dibawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wickj , Merantau ke Deli dan banyak karya - karya beliau ternyata tidak hanya dipublikasikan oleh penerbit nasional sekelas Balai Pustaka dan Pustaka Bulan Bintang melainkan juga diterbitkan di beberapa negara asia tenggara bahkan di release juga diberbagai situs, blog dan media informasi lainnya.

Pendek kata karya besar buya hamka saat ini telah mendunia meski ironisnya di negeri sendiri sudah jarang generasi muda yang mengenal sosoknya yang fenomenal.

Sikap Istiqomah yang dicontohkan buya hamka bisa menjadi inspirasi bagi kita, beliau bukan alumni perguruan tinggi manapun namun banyak sekali kalangan yang menuliskan di depan namanya gelar atau title Prof Dr, siapa yang bakal menyangka jika seorang yang pada awalnya belajar secara otodidak belakangan justru banyak di berikan gelar doctor honoris causa oleh banyak universitas terkemuka.

Karya - karya buya hamka terutama di bidang sastra memang telah melambungkan nama bangsa, mengharumkan nusantara hingga ke manca negara.

Simaklah petikan puisi yang dituliskannya secara khusus untuk Pak Natsir, Puisi yang ditulis Buya Hamka pada tanggal 13 November 1957 setelah mendengar uraian Pidato Natsir yang dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI.

Kepada Saudaraku M. Natsir
Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha IlahiDan aku pun masukkan
Dalam daftarmu …….!

Jalan Istiqomah yang dilalui dalam setiap jejak pergerakan dan perjuangan buya hamka untuk memajukan kaumnya merupakan rintisan yang seharusnya bisa diteruskan dari generasi ke genarasi. Benarkah ?

Tuan Guru Tok Kenali - Tokoh Besar Ulama Kelantan


Tuk Kenali ialah seorang tokoh tokoh ‘Ulama’ , guru, tokoh pembangun pemikiran umat Islam di dunia sebelah sini, di awal abad ke-20. Beliau seorang alim Rabbani yang dalam hidupnya banyak berpandukan kitab Suci Al-Quran disamping Sunnah Nabi Shallallaahu alaihi wasallam. Beliau disebut juga sebagai seorang yang memilih hidup sederhana . dan juga seorang wali keramat dan mendapat ilham daripada Allah SWT dan ilmu laduni (Ilmu Kurniaan Ilahi tanpa belajar).

Bagi seseorang yang mengkaji sejarah tanah air, lebih-lebih lagi menyelidiki “sejarah kelantan’ maka dia secara langsung atau tidak, akan menemui nama Tuk kenali’. Mengikut perkembangan sejarah, Tuk Kenali adalah merupakan seorang pembangun fikiran umat Islam di dunia sebelah sini menerusi pengajaran kepada murid-murid yang bertebar pada beberapa tempat di Alam Melayu, juga melalui fikiran-fikirannya yang membina menerusi majalah “Pengasuh”, keluaran Majlis Agama Islam dan Adat istiadat Melayu kelantan dan majalah “Al-Hikmah” sebuah majalah pengatahuan yang antara lain yang sedang bersemarak di masa ini.

Sesuatu perkara yang menarik perhatian kita ialah perjuangan dan penghidupan Tuk kenali adalah agak nyata. Beliau banyak menerima pengaruh dari ajaran-ajaran Failasuf islam Al-Iman Ghazali , (1058-1111M) seorang pembangun dan pembina fikiran umat Islam yang banyak membuat pembaharuan dalam acara mengupas soal-soal agama berdasarkan ajaran-ajaran kitab suci Al-Quran dan hadis di samping memperoleh ilmu ladunni di zaman silam. Melihat kepada perjuangannya, kita mendapati cara perjuangannya hampir-hampir sama dengan perjuangan Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905M), seorang pembawa pembaharuan pemikiran umat Islam yang meletakkan kitab Al-Quran sebagai asas perjuangannya dan perjuangannya adalah secara melyeluruh menyedar dan membina masyarakat dalam aspek hidup, agama, ilmu pengatahuan, politik, sosial ekonomi dan lain-lain yang secara kebetulan di masa Tuk kenali berada di kota Suci makkah dan semasa beliau melawat ke Mesir 1322H (1904M) merupakan akhir zaman Syaikh itu.

KISAH PEJUANG: AL USTAZD SAID HAWWA


sumber : Al Mustasyar Abdullah Al Aqil/ Al I’thisom Syaikh Said Hawa bin Muhammad Dib Hawwa lahir di kota Hamah, Suriah, tahun 1935. Ia berusia 2 tahun ketika ibunya meninggal dunia. Ia pindah ke rumah neneknya di bawah asuhan sang ayah, seorang pejuang pemberani yang berjihad melawan perancis. Pada masa mudanya berkembang pemikiran sosialis,Nasional, Ba’ats, dan Ikhwanul Muslimin. Allah memberikan kebaikan untuknya dengan bergabung ke dalam Jama’ah Ikhwanul Muslimin



tahun 1952, saat ia masih pelajar SMU.Said Hawwa berguru pada beberapa syaikh Suriah. Diantaranya Syaikh dan Ulama Hamah, Syaikh Muhammad Al hamid, Syaikh Muhammad Al Hasyimi, Syaikh Abdul Wahab Dabas, Syaikh Abdul Karim Arrifa’i, Syaikh Ahmad Al Murad dan Syaikh Muhammad Ali Murad. Said Hawwa juga belajar pada ustadz seperti Musthafa As-shiba’i, Mushthafa Az-Zarga, Fauzi Faidhullah, dan lain2. Tahun 1961 ia lulus dari Universitas Suriah, megikuti wajib militer sebagai perwira tahun 1963, menikah tahun 1964, dan dikaruniai empat orang anak. Aktifitas Dakwah Said Hawwa Said hawwa memberi kuliah, khutbah, dan ceramah, di Suriah, Arab Saudi, Kuwait, Emirat, Irak, Yordania, Mesir, Qatar, Palestina, Amerika dan Jerman. Ia juga berperan bahkan mengoordinir demonstrasi menentang Undang-Undang Suriah tahun 1973. Kemudian dia dijebloskan penjara selama 5 tahun. Dipenjara dia menulis buku tafsir Al-Asas Fit Tafsir (dua belas jilid) dan sejumlah buku dakwah lain. Ia memimpin di Jama’ah Al Ikhwanul Muslimin, dilingkup nasional dan internasional. Serta berperan aktif dalam aktifitas dakwah, politik dan jihad. Said Hawwa punya andil besar dibidang pendidikan. Ia bekerja sebagai pengajar diluar Suriah. Ia mengajar di Arab Saudi selama 5 tahun, kota Al Hufuf wilayah Al Ihsa selama 2 tahun, dan Madinah Al Munawwarah selama tiga tahun.Jejak-Jejak Kebaikan dan Warisan Ilmiah Said Hawwa Said hawwa punya jadwal memberi pelajaran, dialog, dan ceramah, di Jami’iyah Al Ishlah Al Ijtimia’i di Kuwait dan Madrasah An najah. Ceramahnya mendapat respon positif dari generasi muda kebangkitan Islam.Karya-karya Said Hawwa Said Hawwa memiliki karya tulis seputar dakwah dan gerakan, yg diminati para pemuda muslim dinegeri2 arab dan islam. Sebagian besar karya tulisnya diterjemahkan ke bahasa lain.
Diantara karangan yg telah diterbitan sebagai berikut:
1. Allah Jalla Jalaluhu
2. Ar rasul Shallallahu alaihi wassalam
3. Al islam
4. Al asa fit tafsir
5. Tarbiyatuna Arruhiyah
6. Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan
7. dan lain-lain
Pulang ke Rahmatullah tahun 1987 Syaikh Said Hawwa terkena stroke, hingga sebagian anggota badannya lumpuh. Ia juga mengalami komplikasi berbagai penyakit. Ini memaksanya jauh dari masyarakat dan harus diopname pada tanggal 14 desember 1988 Said Hawwa diopname di rumah sakit dan kondisinya tak kunjung membaik, hingga wafat pada hari kamis tanggal 9 maret 1989 di rumah sakit Amman, Jordania.
Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Al akh Said hawwa yang sabar terhadap komplikasi penyakit, penyiksaan, dan ujian meyakitkan di penjara selama bertahun tahun. Semoga Allah menjadikan itu sebagai pemberat timbangan amal kebaikannya, mengampuni kita, dan mengumpulkan kita di bersama para nabi, orang orang shiddiq, syuhada, dan orang-orang shalih, karena mereka sebaik-baik teman. amiiin catatan dari
"Mereka yang telah pergi

Wednesday, October 15, 2008

Semarak Perjuangan As Syahid Masih Terasa


As Syahid Imam hassan Al Banna R.A. Walaupun telah 54 tahun Almarhum meninggalkan kita semua, namun perjuangan dan kegigihannya dalam menegakkan kembali Islam di bumi Mesir tetap kukuh bersemadi dalarn hati sanubari masyarakat Islam hingga ke hari ini.

Tanggal 12 Februari 1949 meninggalkan sejarah hitam dan pilu bagi masyarakat Islam khususnya pejuang-pejuang agama. Pada tarikh itu dunia Islam kehilangan seorang ulama dan mujahid yang menjadi pelopor dalam mengembalikan kegemilangan Islam ke kemuncaknya. Pemergiannya yang tidak diduga merupakan suatu pembunuhan kejam hasil konspirasi musuh-musuh Islam yang berselindung di sebalik Raja Farok, pemerintah Mesir pada ketika itu.

Imam Hassan Al Banna telah dilahirkan pada Oktober 1906 di desa al Mahmudiya yang terletak di daerah al Bahriyyah, Iskandariah, Mesir. Beliau berasal dari sebuah keluarga Ulama yang dihormati dan terkenal kerana begitu kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam. Mujahid Islam ini dibesarkan dalam suasana keluarga yang merendah diri dan hidup dalam keadaan yaug serba sederhana.

Hassan al Banna merupakani anak sulung daripada lima beradik. Ayahnya, Syeikh Ahmad ibn Abd al Rahman al-Banna. adalah seorang ulama, imam, guru dan pengarang beberapa buah kitab hadis dan fikah perundangan Islam, yang berkelulusan dari Universiti Al Azhar Mesir. Beliau dikenali sebagai seorang yang bersopan santun, pemurah, merendah diri dan tingkah laku yang menarik. Namun beliau hanya bekerja sebagai pembaik jam di desa al Mahmudiya untuk menyara keluarganya. Masa yang selebihnya digunakann untuk mengkaji, menyelidik dan mengajar ilmu-ilmu agama seperti tafsir al Quran dan hadis kepada penduduk tempatan.

Sebagai seorang ulama, Sheikh Ahmed Abdu Rahman al Banna mempunyai perpustakaan yang agak besar di rumahnya. Beliau menghabiskan sebahagian masanya mempelajari Sunnah Rasulullah dan membincangkannya dengan rakan-rakan di kedai dan di rumah. Hassan al-Banna juga sering menghadiri dan mengambil bahagian dalarn perbincangan tersebut. Pertemuan ini memberi kesan yang mendalam kepada pemikiran, wawasan dan yang penting perwatakannya. Ketokohan, keilmuan dan keperibadian Syeikh Ahmad al Banna diwarisi oleh Hassan al Banna.

Sifat kepimpinan Hassan al Banna terserlah sejak beliau masih di sekolah rendah. Beliau menjadi pernimpin Badan Latihan Akhlak dan Jemaah al-Suluka al-akhlaqi yang dikelolakan oleh gurunya di sekolah. Pada peringkat ini beliau telah menghadiri majlis-majlis zikir yang diadakan oleh sebuah pertubuhan sufi, al-lkhwan al- Hasafiyah. Melalui pertubuhan ini beliau berkenalan dengan Ahmad al-Sakri yang kemudiannya memainkan peranan penting dalarn penubuhan Ikhwam Muslimin

Keluarga Hassan Al- Banna begitu tegas dalam mendidik anak-anak berdasarkan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan beliau telah menghafaz Quran dalam usia yang begitu muda dan telah memasuki Pusat Latihan Perguruan. Selepas tiga tahun di sana beliau mendapat tempat pertama dalam peperiksaan akhir. Beliau telah memasuki Darul Ulum di Kaherah pada awal usia 16 tahun kerana kebijaksanaan dan ilmu pengetahuannya yang luas.

Semasa di Kaherah, Hassan al Banna terdedah dengan pergolakan parti politik dan aliran-aliran menentang Islam yang dicetuskan oleh gerakan Kamal Ataturk. Parti-parti politik, kumpulan-kumpulan sasterawan dan pertubuhan-pertubuhan sosial sekular kebanyakannya bertujuan melemahkan pengaruh Islam. Beliau kemudian menganggotai pertubuhan Jamaitul Makram a;-Akhlaq yang giat mengadakan ceramah-ceramah Islam. Melalui pertubuhan ini, Hassan al-Banna dan rakan-rakannya menjalankan dakwah ke serata pelosok tempat, di kedai-kedai kopi dan tempat perhimpunan orang ramai.

Pada peringkat inilah beliau bertemu dan mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi dan lain-lain..

Menubuhkan lkhwan Muslim

Pada Mac 1928, dalam usia 23 tahun, Hassan al-Banna beserta adik dan lima orang sahabatnya berkumpul di rumahnya dan bersumpah untuk hidup dan mati kerana Islam. Di rumah itu jemaah Ikhwan Muslimin telah ditubuhkan. Pada ketika itu beliau baru mendapat ijazah dari Darul Ulum serta berkhidmat sebagai guru bahasa Arab di salah sebuah sekolah di bandar Ismailiyah.

Ketika ditanya mengapa beliau melibatkan diri dalam kerja kerja dakwah, Hassan al Banna dengan tegas menjawab, ia hanya Allah yang tahu berapa malam kita menghabiskan masa untuk memikirkan masalah Ummah, pada peringkat mana mereka telah melaluinya dan kesakitan dan keperitan yang telah mereka lalui. Dan kita merenung sumpahan yang dikenakan atas kesakitan yang dilalui oleh Ummah. Kesukaran dan kepahitan yang dilalui oleh mereka mungkin berakhir dengan munajat dari kita sernua.

Setelah berkhidmat selarna 19 (tahun dalam bidang perguruan, beliau meletakkan jawatan pada tahun 1946 untuk menyusun kegiatan dakwah yang berkesan dalam masyarakat di bandar. Pengalaman ahli jemaah yang dikumpulkan sekian lama menjadikan Ikhwan Muslimin sebuah gerakan yang berpengaruh.

Di dalam buku "Letter To A Muslim Student" (FOSIS,1995) kedinamikan Ikhwan Muslimin dijelaskan: Pencapaian Hassan al Banna yang paling membanggakan ialah kernampuannya membangunkan organisasi yang canggih dan berjaya menterjemahkan wawasannya dalam kehidupan sebenar. Ikhwan bukan sekadar pertubuhan yang berasaskan sosial, politik atau kumpulan agarria tetapi lebih dari itu.

Menurut Dr. Muhammad Karnal khalifah, Pensyarah di Universiti Cairo melalui mukadimah buku Ikhwan Muslimin dan Masyarakat Mesir, kemunculan Hassan
Al Banna yang mendapat inspirasi dari Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, serta menjalani aliran rakyat melahirkan golongan mukmin yang sebenar-benarnya melalui pengajian dan pembelajaran untuk menyebarkan akidah yang sahih, kefahaman yang betul dan menyeluruh tentang Islam dan sistemnya. Beliau berjuang bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita tersebut. Usaha beliau ini amat dikagumi masyarakat Mesir sehingga Islam kembali kepada kedudukan yang sewajarnya dalam masyarakat.

Dalam usia yang muda, Hassan al-Banna dikagumi kerana penyampaiannya yang jelas dan terang apabila menyampaikan khutbah di masjid. Beliau dapat meyakinkan para pendengar dengan kebenaran yang dibawa, matlamat dan keikhlasannya. Beliau mampu meyakinkan golongan intelektual dan orang biasa.

Berdasarkan kepimpinannya, Hassan al Banna adalah pemimpin yang bijak mengatur organisasi. Ikhwan Muslimin disusun dalam tiga peringkat iaitu memperkenalkan Ikhwan dan menyebarkan dakwah asas melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Kemudian membentuk keperibadian anggota agar bersedia menjalani jihad, seterusnya melaksanakan cita cita perjuangan dengan tegas.

lkhwan Muslimin berjaya menjadi sebuah gerakan yang menggegarkan Mesir terutama selepas Perang Dunia Kedua apabila pertubuhan ini turut bertanding dalam perebutan kuasa politik. Para penentangnya menyifatkan Ikhwan Muslimin sebagai negara di dalam negara. Sehingga tahun 1934, Ikhwan telah menubuhkan lebih 50 cawangannya di Mesir. Pertubuhan ini telah menubuhkan beberapa buah sekolah, masjid dan kilang. Pada penghujung Perang Dunia Kedua, lkhwan mempunyai lebih setengah juta pekerja yang aktif dan setengah juta penyokong (sesetengah sumber menyebut sekitar 3 juta). Lebih 3000 cawangan kesernuanya telah wujud di Mesir dan 50 di Sudan dihasil-kerja Ikhwan yang melangkaui batas negara.

Dalam satu jawapan yang diberikan oleh wartawan barat terhadap dirinya yang bertanyakan siapakah dia, Hassan Al Banna menjawab, saya adalah pelancong yang mencari kebenaran, dan insan yang mencari erti kemanusiaan di kalangan manusia, dan warganegara yang inginkan kemuliaan, kebebasan, kestabilan, hidup yang baik untuk negara dan berjuang untuk menaikkan Islam.

Malah, kerajaan British telah menjemput Hassan al Banna ke kedutaan mereka untuk minum teh. Beliau dipuji kerana perwatakannya yang baik, kerja-kerja kebajikannya untuk membantu anak-anak yatim dan janda. Malah pegawai atasan British menjelaskan bahawa dunia sangat fragile dan Mesir perlu dibangunkan sebagai negara yang moden dan makmur.














Pengharaman Ikhwan Muslimin dan Pembunuhan Hassan AI-Banna

Pengaruh Ikhwan Muslimin yang kuat amat dikhuatiri oleh Kerajaan Mesir di bawah Noqrashi Pasha dari Parti al-Safdi. Pada 8 November 1948 Beliau telah mengharamkan Ikhwan Muslimin atas tuduhan merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan. Sumbangan Ikhwan Muslimin menghantar beribu ribu orang pejuang dalam perang menghadapi Israel seolah olah dinafikan. Kesemua cawangannya yang berjumlah lebih 3000 diarahkan supaya dibubarkan. Sekiranya masih beroperasi, mereka akan dikira sebagai pertubuhan haram, pelampau dan pengganas. Unit-unit tentera Mesir dan tentera Ikhwan Muslimin yang berjuang di Palestine dipanggil balik. Berbagai-bagai tuduhan dan fitnah dilemparkan terhadap Ikhwan Muslimin. Anggota-anggotanya ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara, di seksa dengan teruk, malah ada yang dibunuh. Apabila seorang wartawan bertanyakan Hassan al-Banna tentang pengharaman itu, beliau menjawab, apabila kata-kata diharamkan, maka tanganlah yang akan menggerakkannya. Begitu mendalam kata katanya.

Tidak lama kemudian Perdana Menteri Mesir telah dibunuh dan Gerakan Ikhwan telah dipersalahkan atas kejadian itu. Pada bulan yang berikutnya harta benda pergerakan itu telah dirampas dan beribu ribu orang beliau telah disumbatkan ke dalam penjara.

Dengan alasan untuk mengendurkan (mengurangkan) ketegangan (konflik) antara Ikhwan Muslimin dan kerajaan, pihak kerajaan menjemput Hassan al-Banna untuk berunding bertempat di Pejabat Jam'iyyah al-Syubban al Muslimin. Sebenarnya jernputan itu hanyalah sebagai helah untuk membunuh beliau.

Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al Banna bersama iparnya Abdul Karim Mansur, seorang peguam, suami kepada adik perempuannya berada di pejabat tersebut. Mereka menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan mewakili kerajaan untuk berunding, tetapi malangnya Zaki Ali Basya tidak kunjung tiba.

Akhirnya setelah selesai menunaikan solat Isyak mereka memanggil teksi untuk pulang. Ketika baru sahaja menaiki teksi yang dipanggil, dua orang yang tidak dikenali menerpa ke arah teksi dan salah seorang daripada mereka terus melepaskan tembakan pistol. Mereka berdua terkena ternbakan itu. Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut. Walaupun terkena tujuh tembakan, Hasan al-Banna masih mampu berjalan masuk semula ke pejabat Jam'iyyah al Syubban al-Muslimin memanggil ambulans untuk membawa mereka ke hospital.

Setibanya di hospital Qasral 'Aini, mereka dikawal rapi oleh Jeneral Muhammad al-Jazzar dan tidak membenarkan sebarang rawatan diberikan kepada Hasan al Banna. Pada pukul 12.50 tengah malam, Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir akibat tumpahan darah yang banyak.

Pengurusan Jenazah (part paling menyayat hati)

Pada pukul satu pagi pihak polis menyampaikan berita kematian kepada ayah Hasan al-Banna dengan dua pilihan: Pihak polis akan menghantarkan jenazah ke rumahnya untuk beliau menjalankan urusan pengebumian pada jam sembilan pagi tanpa sebarang perhimpunanj, jika tidak menerima tawaran pertama itu, pihak polis sendiri terpaksa membawa jenazah dari hospital ke kubur tanpa beliau melihat jenazah anaknya itu.

Ayah Hasan al Banna menerima pilihan yang pertama. Sebelum fajar menyingsing, jenazah as-Syahid dibawa ke rumahnya di Hilmiah al-Jadid dengan sebuah kereta yang dikawal rapi oleh polis yang lengkap bersenjata. Di sekitar rumahnya juga terdapat polis dan tentera berkawal dengan rapi. Mereka tidak membenarkan sesiapa pun menghampiri kawasan tersebut. Jenazah Almarhum dibawa masuk ke rumahnya secara tidak ada orang yang melihatnya dan tidak ada yang mengetahui masa ketibaannya.

Sheikh Ahmad Abdur Rahman, ayah Hasan al-Banna yang sudah berusia lebih 90 tahun itu dengan penuh kesabaran memandikan dan mengapankan jenazah anaknya yang baru berusia 43 tahun itu seorang diri. Setelah diletakkan ke atas pengusung, beliau memohon pihak polis mencari beberapa orang untuk mengusungnya. Tetapi pihak polis ruenjawab, biarkanlah orang-orang perempuan tolong mengusungnya.

Polis tidak membenarkan sesiapa datang ke rumah tersebut untuk mengucapkan takziah dan tidak dibenarkan membaca al-Quran. Ayah Hasan al-Banna tidak dapat berbuat apa apa lagi. Beliau dengan tiga orang perempuan terpaksa mengusung anaknya itu menuju ke Masjid al-Qaisun untuk disembahyangkan. Pihak polis lebih dahulu telah pergi ke masjid memerintah orang-orang yang ada di situ supaya meninggalkan masjid. Sheikh Abdur Rahman seorang diri menunaikan solat jenazah ke atas anaknya itu. Kemudian mereka meneruskan pengusungannya menuju ke perkuburan untuk disemadikan jenazah Almarhum.

Pada waktu itu usia Hassan Al-Banna baru mencecah 43 tahun. Anak bongsunya telah dilahirkan pada hari yang sama isteri Hassan Al-Barma menamakannya "Esteshhaad" yang bermaksud syahid.

Pembunuhan Hassan al-Banna adalah satu perancangan pihak istana dengan arahan Raja Farouk dan Perdana Menterinya Ibrahim Abdul Hadi. Sebab itulah tidak ada sebarang tindakan ke atas penjenayah dan orang yang terlibat. Kes pembunuhan ini walaupun telah dibawa ke mahkamah beberapa kali, tetapi telah ditangguhkan. Pertama kali dibawa pada masa pernerintahan Perdana Menteri Ibrahim Abdul Hadi. Kedua, pada masa pernerintahan Perdana Menteri Husin Sari. Ketiga, pada zaman pernerintahan Perdana Menteri Mustafa al Nahhas Basya.

Pada 23 Julai 1952 satu revolusi telah tercetus. Raja Farouk terpaksa turun dari singgahsananya. Berikutan itu, kes ini dibuka semula. Penjenayah ditangkap dan pada 2 Ogos 1954, Koperal Ahmad Husin Jad dikenakan hukuman penjara seumur hidup dengan kerja berat.

Pemandu kereta, Sarjan Major Muhammad Mahfuz Muhammad dikenakan hukuman penjara 15 tahun dengan kerja berat. Major Muhammad al Jazzar dikenakan hukuman satu tahun penjara dengan kerja berat.

Sejak pembunuhan terhadap Hassan al Banna, ramai pendukung Ikhwan Muslimin yang telah ditindas dan dizalimi. Namun tindakan tindakan tersebut menyebabkan pertubuhan itu bukan sahaja semakin bertambah kuat di Mesir, malah telah mengembangkan sayapnya di negara-negara Arab. Kebangkitan Islam yang berlaku di negara Arab pada hari ini sebenarnya secara tidak langsung bertitik tolak dari Gerakan Ikhwan Muslimin,

Tegasnya, Hasan al-Banna merupakan seorang pejuang yang gigih dan berani, berjaya menyedarkan masyarakat dengan fikrah dan pendekatan barunya dalam gerakan dakwah dan manhaj tarbiahnya yang syumul. Walaupun beliau telah pergi menemui Ilahi, namun fikiran dan gerak kerjanya masih menjadi rujukan dan pegangan pejuang pejuang dan harakah Islamiah pada hari ini.

Ghuraba" As-Syaheed Syeikh Ahmed Yassin



Lahirku di Kampung Al-Jaurah,
Selatan Tebing Gaza, 1938 Masihiah,
Tercetus perang 1948,
familiku berpindah,
Mengharung kaki menuju Ghazzah. (Gaza)

Tika asyik beriadah bersama teman,
Malang menimpa,
aku terhumban,
Lumpuh seluruh badan,
Namun, kutekad kekuatan,
Lumpuhku tidak bisa menghalang pergerakan,
Minda, fikiran, tadbir jua amalan...

Kutamatkan pengajian sekolah,
Kuteruskan ke Universiti Ain Syams, padah,
Setahun berlalu dan aku terpaksa berhenti,
Hati yang terhiris itulah,
Yang kubawa ke Mesir gagah,
Kukenal Ikhwan, sertai jamaah.

Di Palestin,Akulah guru, mengajar tatatertib,
Berkhutbah di masjid, akulah khatib,
Akulah pengasas Majma' Islami,
Pada 70-an tekad bersemi.

1983,aku ditangkap dituduh,
Pengasas Majd Mujahidin pembunuh,
13 tahun penjara, mahkamah menyuruh,
Namun terbebas selepas bulan kesepuluh.

Kuasaskan lagi gerakan HAMAS,
Gerakan Penentangan Islamiah, kemas,
1987, HAMAS berdiri tegas!

Sekali lagi, ditangkap askar Yahudi,
Dihukum penjara seumur abadi,
Ditambah 15 tahun lagi,
Kerana mengasas HAMAS menggempa Yahudi!

Makin hari, kumakin lemah, di penjara,
Pandangan kananku hilang mutiara,
Mata kiriku kabur, terseksa didera,
Penyakitku kronik, dihantar ke Hospital Penjara.

Subuh 1 Oktober 1997 barakah,
Aku dibebas dengan janji payah,
Antara Jordan & Israel laknatullah,
Selepas serangan Khalid Masy'al tergagal, musnah.

Kusenyum, kulihat
Intifadah Aqsa, bangkitnya ummat,
Menentang, melawan Zionis penjajah laknat,
Hingga terbunuh jua tercedera berat.

Pagi, Malam Isnin aku bersolat sendiri,
Munajatku mohon ke hadrat Ilahi,
Agar ganjaran Syahid diberi di sisi,
Dan kuniat puasa di pagi hari.

Masjid, 22 Mac 2004 - Fajarnya,
Usai solat Subuh, tiada lama hanya,
Tika berjalan pulang, aduh sakitnya,
Tiada rasa nyeri, pulanglah,
Pulanglah ke hadrat Tuhanku, Allah,
Haruman syurgawi, rohpun terbanglah,
Duniaku, pisahlah,
Nyata kerananya dan kerana-Nya aku lelah...

Akulah Syeikh Ahmad Ismail Yasin!
Siapa kamu?
Apa yang kamu telah sumbangkan untuk agama ALLAH SWT ?

3 April 2004,
Hotel Fatamorgana,
Sweileh, Amman.

tulis sambungan di sini

As-Syahid Abdul Aziz Al-Rantisi Dalam Kenangan


Pada hari Sabtu, 17 April 2004 kerajaan haram Israel sekali lagi mengejutkan dunia dengan pembunuhan pemimpin HAMAS, Dr Abd Aziz Ar-Rantisi selepas sebelum itu mereka juga telah membunuh As-Syahid Ahmad Yasin hanya beberapa bulan sebelumnya. Jika As-Syahid Ahmad Yasin dibunuh setelah keluar dari masjid selepas menunaikan solat Subuh, Dr Abd Aziz ar-Rantisi dibunuh setelah menunaikan solat Maghrib di al-Ghafri, utara Ghaza.
Selepas hanya tiga tahun, suasana politik di dalam bumi Palestin berubah sama sekali; HAMAS berubah daripada gerakan pembangkang kepada penguasa yang memaksa dunia untuk berinteraksi dengan mereka dengan cara yang lain dari sebelum ini. Sebahagian dari penduduk Palestin menyandarkan kejayaan ini (selepas menyandarkannya kepada Allah) kepada kedua-dua syahid.

Berikut adalah terjemahan petikan temubual dengan isteri as-Syahid Dr. Abd Aziz ar-Rantisi, Rasya al-Adluni yang dilakukan sempena mengingati tiga tahun pemergian as-Syahid.
Rasya:

Allah s.w.t. berfirman di dalam al-Quran:
"Di antara orang-orang yang beriman itu terdapat pemuda-pemuda yang membenarkan janji mereka kepada Allah. Di antara mereka ada yang telah menyempurnakannya dan ada yang masih menunggu. Mereka tidak sekali-kali mengubah janji mereka." (Al-Ahzab: 23)

Di sana terdapat ramai syuhada' yang telah pun pergi menemui Allah lalu mendapat ganjaran yang lebih baik dan lebih kekal bagi mereka. Yang lain, saudara-saudara mereka masih lagi setia terhadap janji mereka dan tidak sekali-kali mengubahnya. Allah mentakdirkan mereka menang di dalam pilihanraya di peringkat parlimen. Allah mentakdirkan mereka berjaya membentuk kerajaan dan berada di kedudukan yang mulia ini. Walau pun menghadapi pelbagai konspirasi, kerajaan HAMAS tetap berdiri teguh dan akan terus berdiri teguh. Di masa yang sama mereka masih lagi kekal berpegang kepada manhaj yang telah mereka pilih bersama-sama saudara-saudara mereka dan mereka berjanji akan terus berpegang dengannya hingga mereka bertemu Allah.

Inilah pandangan saya terhadap suasana sekarang. Saya berdoa kepada Allah agar Dia membantu semua saudara kita di dalam gerakan HAMAS yang masih tidak merubah janji mereka. Agar Allah membantu mereka di dalam perjalanan mereka di atas jalan ini sehinggalah Palestin keseluruhannya dibebaskan dan risalah saudara-saudara mereka yang telah pergi dapat disempurnakan.

Soalan:

Bagaimanakah Puan melihat HAMAS sekarang dan sebelum mereka menjadi kerajaan?

Rasya:

Semua orang perlu mengetahui bahawa HAMAS adalah pertubuhan yang berdiri di atas prinsip syura di antara ahli-ahlinya. Apa yang dilakukan oleh saudara-saudara kita sekarang hanyalah kesinambungan apa yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan kita yang telah pergi. Manhaj mereka sama dan jalan mereka juga sama. Oleh kerana itu, ketika saudara-saudara kita memasuki medan politik pada hari ini, itu bukanlah satu pengalaman baru buat mereka. Syeikh kita yang mulia, Ahmad Yasin pernah melakukan perjanjian genjatan senjata yang panjang dengan pihak Zionis. Beliau telah merangka plan untuk melakukan islah dan perubahan sebelum beliau dan Dr Abd Aziz menemui syahid. Dengan itu saudara-saudara kita tidak lain hanyalah meneruskan jalan saudara-saudara mereka yang telah pergi. Saudara-saudara kita di dalam HAMAS berjuang berdasarkan maslahat rakyat Palestin. Mereka berlegar di mana maslahat tersebut berada. Permulaannya adalah pada jihad. Ketika mereka berlegar di sekitar operasi jihad, mereka tidak menjauhkan diri mereka dari aktiviti politik. Sebaliknya kita mempunyai pimpinan politik sejak bertahun sebelum ini di dalam dan di luar Palestin.

Untuk menyempurnakan peranan amal politik, mereka mencalonkan diri di dalam pilihanraya peringkat parlimen dan berjaya membentuk kerajaan. Tetapi mereka tidak meninggalkan perjuangan asal. Dengan itu saya menegaskan bahawa mereka berada di atas jalan yang sama yang ditinggalkan oleh saudara-saudara mereka yang telah pergi. Mereka tidak mengubahnya dan tidak juga menukarnya. Mereka akan terus begitu sehinggalah mereka bertemu Allah sebagai syuhada' dengan izin Allah.

Soalan:

Adakah rumah Dr. Ar-Rantisi kehilangan tetamu dan pencintanya sesudah beliau menemui syahid atau adakah rumahnya masih lagi sibuk seperti ketika beliau masih lagi hidup?

Rasya:

Dengan limpah kurnia Allah, saya dan anak-anak berjanji untuk berjalan di atas jalan yang sama. Kami berdoa agar kami menjadi sebaik-baik pengganti kepada sebaik-baik manusia yang telah pergi. Risalah ini menjadi tanggungjawab kami untuk menyempurnakannya. Rumah ini terbuka kepada sesiapa sahaja yang ingin menziarahinya. Dengan limpah kurnia Allah juga kami masih lagi berhubung dengan sesiapa sahaja yang menziarahi dan berhubung dengan Dr Abd Aziz ar-Rantisi. Apa yang kemungkinan kurang adalah wartawan-wartawan yang sebelum ini datang dalam jumlah di luar jangkaan kami. Ini kerana Dr. Abd Aziz mempunyai personaliti yang menarik perhatian media.

Soalan:

Bagaimana layanan anggota HAMAS kepada anak-anak pimpinan besar dan pengasasnya selepas mereka menemui syahid?

Rasya:

HAMAS dengan limpah kurnia Allah adalah pergerakan yang kuat ikatannya. Apa yang wajib ke atas mereka ketika pimpinan mereka masih hidup tidak berubah sesudah pimpinan itu meninggal dunia. Bukan sahaja kepada anak-anak pimpinan tetapi juga kepada semua ana-anak pengikut HAMAS yang telah meninggal dunia. Mereka melayannya dengan cara yang sama. Mereka memelihara anak-anak itu. Bagaimana tidak, sedangkan mereka telah berjanji akan menjadi pengganti pejuang-pejuang itu bagi keluarga mereka. Dengan limpahan Allah, HAMAS yang berjanji untuk melaksanakan Islam secara syumul tidak pernah meninggalkan walau pun satu kewajipan. Di antara kewajipan tersebut adalah memelihara anak-anak syuhada' samada mereka anak-anak pimpinan atau tidak. Begitu juga dengan anak-anak tahanan.

Soalan:

Siapakah tokoh-tokoh yang masih berhubung dengan keluarga Puan sehingga ke hari ini?

Rasya:

Semua tokoh HAMAS masih berhubung dengan kami tanpa kecuali seorang pun. Di antara tokoh yang paling menonjol yang masih berhubungan dengan kami adalah Ismail Haniyeh, Perdana Menteri, Dr. Ahmad Bahr, Dr. Ismail Ridhwan dan tokoh-tokoh lain; menteri-menteri dan barisan pimpinan yang biasa kita lihat di kaca televisyen. Tidak ada hari keraian yang mereka tidak bersegera menemui kami. Kesibukan mereka tidak menghalang mereka menunaikan tanggungjawab mereka terhadap anak-anak syuhada' dan tahanan.


Soalan:

As-Syahid adalah seorang peribadi yang menonjol. Adakah Puan atau sesiapa sahaja terfikir untuk menulis tentang riwayat hidupnya? Adakah terdapat mana-mana badan yang berminat untuk menulis? Atau adakah ada mana-mana pelajar yang diketahui ingin menulis tesis di peringkat Sarjana atau PhD berkenaan as-Syahid?

Rasya:

HAMAS sedang mengumpulkan bahan tentang ini. Mungkin saya tidak begitu mengambil peduli hal seperti ini dan menyerahkannya kepada HAMAS. HAMAS lebih layak untuk menjaga anak-anaknya dan HAMAS lebih lama bergaul dengan as-Syahid daripada kami. Dengan itu saya atau anak-anak dan ahli keluarga kami tidak mengambil peduli hal ini. Saya berdoa kepada Allah yang maha berkuasa agar kisah riwayat hidup ini terbit tidak lama lagi.

Soalan:

Walau pun terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahawa kerajaan Zionis yang bertanggungjawab membunuh suami Puan,kenapa Puan sehingga hari ini masih tidak mengemukakan dakwaan ke Mahkamah Keadilan Antarabangsa agar mereka dihadapkan ke mahkamah sebagai penjenayah perang?

Rasya:

Adakah kamu menjangkakan bahawa kami akan menuntut sedemikian? Sedangkan kita tahu dengan penuh kepastian bahawa yang memberi bantuan dan sokongan kepada penjenayah perang tersebut adalah mereka walau pun mereka berselindung di sebalik Mahkamah Keadilan Antarabangsa dan slogan hak asasi manusia. Ianya jelas seumpama cahaya matahari dan inilah hakikat sebenar. Adakah kita mahu memperbodohkan diri kita sendiri?

Soalan:

Adakah budaya cintakan mati syahid sebagai mana yang menjadi keistimewaan rakyat Palestin itu yang menghalang Puan melakukan demikian?

Rasya:

Pada kadar yang begitu banyak, semua anak-anak bangsa ini menunaikan fardhu jihad. Kita tahu bahawa harga untuk kebebasan Palestin adalah darah rakyat Palestin. Apabila kita kiaskan itu dan segala perkara yang wujud di atas bumi nyata, kita akan tahu secara pasti bahawa merekalah yang memberikan senjata kepada Zionis untuk membunuh pahlawan-pahlawan itu. Pembunuhan pejuang-pejuang itu dengan menggunakan senjata siapa? Ia adalah senjata Amerika dan Eropah. Dengan itu saya mengulangi kata-kata saya: "Hakikat adalah jelas." Jika sekiranya mereka benar, kami cuma meminta supaya pertubuhan-pertubuhan itu mengangkat perlindungannya kepada Zionis dan tidak memberikan bantuan kepada mereka.

Soalan:

Pada peringkat individu dan kehidupan dalam masyarakat, apakah Puan rasai kehilangan sesuatu setelah pemergian as-Syahid?

Rasya:

Bercakap tentang kehilangan Dr. Abd Aziz ar-Rantisi, saya katakan di sini bahawa saya tidak kehilangannya cuma selepas beliau menemui syahid. Kami pernah kehilangannya ketika dia di dalam tahanan. Kami pernah kehilangannya ketika beliau dalam buruan. Kemudian kami kehilangannya selepas beliau menemui syahid. Tetapi, walau pun kami kehilangan jasad Dr. Abd Aziz ar-Rantisi, ruhnya sentiasa berlegar di sekitar rumah kami. Kami tidak merasai bahawa ruhnya meninggalkan kami. Dengan itu kami tidak mencari penggantinya. Bahkan sebagaimana yang saya katakan kepada kamu bahawa ruh as-Syahid sentiasa berlegar di dalam kehidupan kami; di dalam dan di luar rumah.

Soalan:

Lari sedikit dari isu politik, bagaimana kehidupan as-Syahid sebagai suami? Adakah kedudukannya sebagai pimpinan HAMAS memberi kesan kepada peranannya terhadap anak-anak Puan?

Rasya:

Sesungguhnya akhlak beliau menyamai akhlak Rasulullah s.a.w. yang pernah bersabda: "Akulah yang terbaik terhadap keluarganya." Saya menjadi saksi bahawa Abu Muhammad (ar-Rantisi) adalah sebaik-baik suami, sebaik-baik ayah, sebaik-baik datuk dan sebaik-baik pemimpin. Kerana Allah beliau tidak takut celaan orang-orang yang mencela. Tidak ada tapak yang dipijaknya kecuali akan menyakiti hati musuh. Hasil perkongsian hidup bersama-samanya saya dikurniakan empat orang anak perempuan; Inas, Samar, Aasia dan Asma'. Juga dua orang anak lelaki; Muhammad dan Ahmad. Peranan saya ketika hidupnya adalah peranan seorang wanita muslim yang memahami risalahnya dengan baik; risalah Islam dan risalah dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Risalah inilah yang menjadikan saya berdiri teguh di belakang Dr. Abd Aziz.

Soalan:

Adakah Puan masih ingat bagaimanakah bermulanya perkenalan antara Puan dan Dr. ar-Rantisi? Adakah Dr. Ar-Rantisi aktif di dalam amal politik pada waktu itu?

Rasya:

Hubungan saya dengan Dr. Abd Aziz ar-Rantisi sama seperti mana-mana keluarga Palestin muslim yang lain. Hubungan biasa. Beliau menemui keluarga saya untuk meminang saya dan kami menerima pinangan tersebut. Saya telah dapat merasai wujudnya peranan yang akan dimainkan oleh seorang wanita muslim secara umum dan peranan isteri seorang pegawai perubatan dan ahli politik secara khusus. Tugas saya bukan sekadar untuk berpakaian cantik dan berhias. Tetapi saya telah pun menyediakan diri saya untuk memainkan peranan yang akan dituntut dari saya. Abu Muhammad adalah seorang pegawai perubatan. Beliau sibuk berulang alik dari hospital ke klinik dan wad kecemasan. Saya tidak pernah mencemuhnya jika dia tidak berada di rumah sebaliknya saya menganggap itu semua sebagai jihad. Saya mesti bersabar dan menyediakan kerehatan dan kebahagian ketika beliau masuk ke rumah dan bukannya mencemuh atau membebel. Pada waktu itu, Dr. Abd Aziz belum bergiat aktif di dalam amal politik. Beberapa tahun selepas itu beliau bergabung dengan HAMAS dan seluruh waktunya selepas itu adalah untuk amal politik. Saya mengambil tanggungjawab mentarbiah anak-anak. Peranan yang saya mainkan ini banyak meringankan beban Dr. Abd Aziz ketika beliau di dalam tahanan, dibuang daerah, di dalam buruan dan selepas itu menemui syahid.

Soalan:

As-Syahid ar-Rantisi pernah dibuang daerah dan menjadi buruan sebelum menemui syahid. Moga-moga Allah merahmatinya. Itu adalah kehidupan seorang mujahid yang dipenuhi dengan ujian. Bagaimana dengan keadaan ketika beliau di dalam tahanan?

Rasya:

Ketika beliau di dalam tahanan, kami sentiasa berhubung dengan beliau. Samada dengan menziarahinya atau melalui surat-surat yang dikirim melalui persatuan Palang Merah atau melalui pemuda-pemuda yang dibebaskan dari tahanan. Ini sama seperti tahanan-tahanan yang lain. Beliau mengingatkan saya prinsip “Berilah peringatan sesungguhnya peringatan itu bermenfaat bagi orang-orang beriman.” (Az-Zariyyat: 55). Sesungguhnya itu memainkan peranan yang besar kepada saya untuk terus teguh mendidik anak-anak. Saya tidak pernah selama-lamanya berasa terputus dari dunia Dr. Abd Aziz.

Soalan:

Apa perasaan Puan selepas satu cubaan membunuh ar-Rantisi gagal sebelum ini?

Rasya:

Kamu bertanya kepada saya tentang perasaan saya. Percayalah, pada waktu itu saya menyiapkan perasaan saya untuk menghadapi apa yang akan berlaku selepas itu. Saya tidak berhenti setakat melihat peristiwa itu sahaja. Berita itu sampai kepada saya di tempat kerja. Pengurus menghubungi saya selepas mengetahui kisah tersebut dan bertanya: “Apa yang Puan mahu kami lakukan untuk Puan?” Saya menjawab: “Saya mahu pulang ke rumah dan menyambut orang ramai yang akan datang mengucapkan selamat.” Dengan keyakinan diri yang tinggi, itulah yang saya lakukan.

Soalan:

Bagaimana dengan detik pertemuan semula dengan Dr. Abd Aziz selepas cubaan membunuh tersebut?

Rasya:

Ia adalah pertemuan yang biasa. Ini kerana saya yakin bahawa apa yang akan menimpa saya tidak akan meleset dan apa yang ditakdirkan tidak menimpa saya, ia tidak akan berlaku. Keimanan yang sedemikian menjadikan kita tidak bergembira berlebihan. Kita mengetahui bahawa itu adalah ketentuan Allah dan wajib ke atas kita untuk mensyukuriNya. Saya tahu bahawa ketika Allah menyelamatkan suami saya, itu hanyalah untuk satu tempoh waktu yang terlalu pendek dan untuk menyiapkannya memikul peranan yang akan dipikulnya. Dia mesti menyempurnakan risalah tersebut sebelum ajal menemuinya. Percayalah perasaan ini menjadikan diri saya kuat. Ini tidak bermakna bahawa kewujudan dan kehilangan Dr. Abd Aziz tidak memberi kesan kepada diri saya. Sebaliknya ini adalah keimanan kepada takdir Allah.

Soalan:

Ar-Rantisi menemui syahid selepas cubaan membunuhnya kali ketiga. Bagaimana perasaan Puan ketika hari nahas tersebut?

Rasya:

Berkaitan dengan peristiwa pembunuhan tersebut; Allah memilih Dr. Abd Aziz untuk menjadi syahid. Kamu bertanya kepada saya tentang perasaan saya. Saya katakan di sini bahawa saya cukup terkesan. Saya tidak mengatakan bahawa jiwa saya keras. Saya cukup terkesan ketika saya mengetahui bahawa suami saya berada di ICU dan ketika saya tahu bahawa peluru itu ditujukan kepada Dr. Abd Aziz. Tetapi saya telah menyiapkan diri selepas saya tahu bahawa beliau adalah sasaran serangan tersebut dan beliau sekarang ini berada di ICU. Selepas itu saya tidak mengambil sikap menunggu sahaja berita kematiannya. Sebaliknya saya mengambil wudhu’ dan memakai pakaian yang sesuai untuk menyambut orang ramai yang akan datang menenangkan saya. Saya menunaikan sembahyang Isyak dan berdoa kepada Allah agar meneguhkan saya dan anak-anak di atas syahidnya Abu Muhammad.

Soalan:

As-Syahid ar-Rantisi tidak pernah hilang dari ingatan. Apakah kenangan bersama as-Syahid yang paling Puan ingati?

Rasya:

Kehidupan Dr. Abd Aziz keseluruhannya adalah kenangan. Apakah ada kesakitan yang akan dirasai lebih dari perasaan kehilangan suami kamu ketika dia di dalam tahanan; samada ketika penjajahan atau di zaman pemerintahan Pihak Berkuasa Palestin? Saya masih ingat di dalam salah satu siri penahanan yang berlaku kepada Dr. Abd Aziz. Ketika itu dia dalam perjalanan balik ke rumah. Kebiasaannya dia akan menalipon saya dalam perjalanan balik ke rumah dan memberitahu bahawa dia sekarang berada di tempat sekian sekian. Ketika dia sampai pintu rumah, saya tidak menyedari bahawa ketika itu pihak berkuasa sedang menunggunya. Waktu ketika itu adalah pukul 11 malam. Mereka menahannya. Mereka tidak memberinya peluang langsung untuk masuk ke dalam rumah untuk memberitahu saya bahawa dia akan dibawa ke tahanan. Ini bukanlah satu pengalaman yang mudah bagi saya.

Soalan:

As-Syahid dikenali sebagai seorang yang sungguh periang. Bagaimana dengan kenangan manis bersama Dr. Abd Aziz?

Rasya:

Dr. Abd Aziz adalah seorang yang periang dan ceria. Nampak keceriaannya kepada sesiapa sahaja yang berinteraksi dengannya. Maka sudah tentulah ia juga dirasai oleh ahli keluarganya. Pada satu hari saya menghukum anak saya perempuan setelah saya bersungguh-sungguh memintanya untuk melakukan sesuatu. Saya memukulnya dengan tepung yang diuli. Pukulan itu tidak kuat tetapi ia meninggalkan kesan psikologi pada anak perempuan saya. Ketika Abu Muhammad pulang, saya menceritakan peristiwa itu. Saya memintanya untuk merawat perasaan anak kami. Kami duduk bersama sekeluarga. Dr. Abd Aziz mula menjernihkan suasana. Beliau mengarang satu syair secara spontan:

Jangan hairan wahai saudaraku
Dengarlah kisahku ini
Akulah akulah
Orang yang kulitnya disaluti tepung